PERISTIWA REVOLUSI FISIK DAN SOSIAL PADA MASA AWAL-AWAL KEMERDEKAAN
PERISTIWA
REVOLUSI FISIK DAN SOSIAL PADA MASA
AWAL-AWAL
KEMERDEKAAN
UNTUK
SMA KELAS XI
Oleh:
Defi Purwantiyas
|
120731400291
|
Lohayati
|
120731400289
|
Muhammad Abuzar A. L
|
120731400292
|
Selvika Tiyo Handayani
|
120731400295
|
Mata
Pelajaran : Sejarah
Kelas
/ Semester : XI IPS
Semester
: II
Alokasi
Waktu : 2 X 45 menit
Tempat
: Ruang Kelas
Kompetensi Dasar
3.5
Mengevaluasi
secara kritis peristiwa revolusi nasional dan sosial yang terjadi pada awal-awal kemerdekaan.
Indikator
3.5.1
Mengklasifikasikan
peristiwa revolusi nasional dan sosial yang terjadi pada awal-awal
kemerdekaan.
3.5.2
Memberi
penilaian terhadap peristiwa yang paling berpengaruh dalam revolusi nasional dan
sosial yang terjadi pada awal-awal kemerdekaan.
4.5
Merekonstruksi peristiwa peristiwa revolusi nasional dan sosial yang
terjadi pada
awal-awal kemerdekaan dan menyajikan dalam bentuk tulisan.
4.5.1 Membuat tulisan sejarah mengenai peristiwa
peristiwa revolusi nasional dan sosial yang terjadi pada awal-awal kemerdekaan.
Tujuan
1. siswa dapat mengklasifikasikan penyebab peristiwa
revolusi nasional dan sosial yang terjadi pada awal-awal kemerdekaan secara
berkelompok melalui media audio dan film vidio.
2. siswa dapat memberi penilaian minimal 3 persamaan dan
perbedaan pengaruh peristiwa revolusi nasional dan sosial yang terjadi pada
awal-awal kemerdekaan secara berkelompok melalui media audio dan film vidio
secara berkelompok.
Informasi
Pendukung
Ø Revolusi
Nasional Indonesia adalah sebuah konflik bersenjata dan pertentangan
diplomasi antara Republik Indonesia yang
baru lahir melawan Kerajaan
Belanda yang dibantu oleh pihak Sekutu,
diwakili oleh Inggris.
Rangkaian peristiwa ini terjadi mulai dari proklamasi kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 hingga pengakuan
kemerdekaan Indonesia oleh Kerajaan
Belanda pada 29 Desember 1949. Pemerintah Belanda
masih tetap ingin menguasai wilayah Indonesia. Namun, kali ini kedatangan
pasukan Belanda ke wilayah Indonesia bersama-sama dengan pasukan
Sekutu-Inggris. Kedatangannya disambut dengan berbagai bentuk perlawanan oleh
bangsa Indonesia. Sejak 1945 hingga tahun 1950 telah terjadi berbagai macam
pertempuran antara pihak Indonesia dengan pihak Belanda yang dibantu oleh
pasukan Sekutu-Inggris.
Ø Zaman
revolusi fisik (1945-1950) merupakan suatu zaman yang paling cemerlang dalam
sejarah Indonesia, hak-hak Indonesia akan kemerdekaan ditunjukkan oleh
pengorbanan-pengorbanan yang luar biasa oleh bangsa Indonesia. Revolusi yang
menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan hanya merupakan suatu kisah sentral
dalam sejarah Indonesia melainkan merupakan suatu unsur yang kuat di dalam
persepsi bangsa Indonesia itu sendiri. Semua usaha yang tidak menentu
untuk mencari identitas-identitas baru, untuk persatuan dalam menghadapi
kekuasaan asing, dan untuk suatu tatanan sosial yang lebih adil akhirnya
membuahkan hasil pada masa-masa sesudah perang dunia II. Untuk pertama kalinya
di dalam kehidupan kebanyakan rakyat Indonesia segala sesuatu yang serba
paksaan yang berasal dari kekuasaan asing hilang secara tiba-tiba. Tradisi
nasional yang mengatakan bahwa rakyat Indonesia berjuang bahu-membahu selama
revolusi hanya merupakan sedikit dasar sejarah.
Ø Berbagai
upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia dilakukan oleh bangsa Indonesia baik
perjuangan bersenjata maupun diplomasi. Pertempuran yang terjadi antara lain :
1.
Pertempuran Surabaya (10 november 1945)
2.
Pertempuran Ambarawa
3. Pertempuran
Medan Area
4. Bandung
Lautan Api
5.
Peristiwa Merah Putih di Manado
6.
Pertempuran Margarana (20 november 1946)
Ø Selain
melakukan perjuangan bersenjata, dalam peristiwa mempertahankan kemerdekaan
Indonesia, Bangsa Indonesia melakukan beberapa perundingan atau diplomasi. Hal
ini dilakukan juga dalam rangka untuk mempertahankan kemerdekaan yang
didasarkan atas akal. Adapun perjanjian yang dilakukan oleh bangsa Indonesia
dan Belanda adalah
1. Perjanjian
Linggarjati
2. Perjanjian
Renvill
3. Agresi Militer I Belanda
4. Agresi
Militer II Belanda
Ø Akhir
Perang Kemerdekaan (Akhir Revolusi Fisik)
Perjuangan mewujudkan kembali Negara Kesatuan Republik Indonesi (NKRI)
Meski kemerdekaan Indonesia telah diproklamasikan, Belanda tetap saja tidak mau mengakui kelahiran negara Indonesia. Belanda masih ingin menguasai wilayah Indonesia. Masa-masa revolusi fisik merupakan masa yang cukup berat bagi bangsa Indonesia karena disamping harus berjuang mempertahankan kemerdekaan yang telah diraihnya harus juga berjuang mewujudkan negara kesatuan RI. Wilayah Indonesia telah dipecah-pecah oleh Belanda. Oleh karena itu, bangsa Indonesia berjuang untuk merebut kembali wilayah yang menjadi miliknya melalui perjuangan diplomasi maupun angkat senjata.
1. Perjanjian Roem Royen
2. Konferensi Inter-Indonesia
3. Konferensi Meja Bundar dan Pengakuan Kedaulatan
4. Peran Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam penyelesaian konflik Indonesia-Belanda
Perjuangan mewujudkan kembali Negara Kesatuan Republik Indonesi (NKRI)
Meski kemerdekaan Indonesia telah diproklamasikan, Belanda tetap saja tidak mau mengakui kelahiran negara Indonesia. Belanda masih ingin menguasai wilayah Indonesia. Masa-masa revolusi fisik merupakan masa yang cukup berat bagi bangsa Indonesia karena disamping harus berjuang mempertahankan kemerdekaan yang telah diraihnya harus juga berjuang mewujudkan negara kesatuan RI. Wilayah Indonesia telah dipecah-pecah oleh Belanda. Oleh karena itu, bangsa Indonesia berjuang untuk merebut kembali wilayah yang menjadi miliknya melalui perjuangan diplomasi maupun angkat senjata.
1. Perjanjian Roem Royen
2. Konferensi Inter-Indonesia
3. Konferensi Meja Bundar dan Pengakuan Kedaulatan
4. Peran Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam penyelesaian konflik Indonesia-Belanda
Sartono Kartodirdjo misalnya, sebagai seorang guru besar sejarah pada Universitas Gajahmada Yogyakarta, di dalam majalah Prisma Agustus 1981 no. 8, halaman 3, dengan judul Wajah Revolusi Indonesia Dipandang dari Perspektifisme Struktural, antara lain mengatakan: “Akhir-akhir ini Sejarah Revolusi Indonesia sangat menarik perhatian umum terutama mengenai cara menginterpretasikannya. Nama yang dipakai, seperti Revolusi Kemerdekaan atau Perang Kemerdekaan, hanya dapat dipahami apabila dikembalikan kepada definisi serta teori revolusi yang digunakan. Timbulnya pelbagai gambaran sejarah tentang suatu gejala sejarah luar biasa seperti Revolusi adalah sangat wajar tidak lain karena interpretasi dari sudut penglihatan tertentu menyoroti aspek-aspek, dimensi-dimensi ataupun faktor-faktor tertentu pula. Ikatan zaman, ikatan situasi serta ikatan-ikatan lainnya, menentukan posisi penafsir sejarah dan karenanya juga sudut penglihatannya. Maka dari itu pada umumnya yang sangat menarik dari Sejarah Revolusi Indonesia bukan saja fakta-fakta tentang peristiwa-peristiwanya, melainkan bagaimana pandangan ataupun gambaran mengenai peristiwa-peristiwa itu. ………… Revolusi kita merupakan masa pergolakan (bahasa Jawa gegeran) yang ditandai oleh ,srobotan’, ‘gedoran’, ‘pendaulatan’, di samping sebagai masa perjuangan”.
Sartono Kartodirdjo tampak tidak membawakan diri pada pemantapan pengertian dasar mengenai revolusi dan penegasan tentang bentuk perjuangan rakyat Indonesia menyusuli Proklamasi Kemerdekaan sebagai revolusi atau Perang Kemerdekaan. Di dalam alam pikiran Sartono Kartodirdjo masih ada kejumbuhan pengertian antara revolusi dan perjuangan yang berkecamuk di dalam pergolakan. Dengan menyatakan bahwa Revolusi Indonesia merupakan masa pergolakan (bahasa Jawanya gegeran), persepsi Sartono Kartodirdjo menunjukkan kesingkatan waktu bagi berlakunya yang ia sebut revolusi itu.
Berbeda di dalam membawakan diri dengan Sartono Kartodirdjo adalah Anthony Reid, seorang sejarawan yang sudah meraih gelar Ph. D. dalam Sejarah Asia Tenggara diCambridge University, Inggris. Dalam hubungannya dengan perjuangan rakyat Indonesia pada pasca awal proklamasi kemerdekaan, dengan judul Revolusi Sosial: Revolusi Nasional, bisa dikutip tulisannya di dalam majalah Prisma nomor sama, halaman 33, sebagai berikut: “Revolusi Indonesia telah diragukan dalam waktu lebih dari seperempat abad, terutama pada akhir 1960-an dan awal 1970-an. Di Indonesia, para ahli strategi dari kelompok militer yang berkuasa berusaha untuk menghindari istilah tersebut dan lebih menyukai ‘perang kemerdekaan’, karena mau memaksakan suatu format non-revolusioner, stabil kepada negara sambil tetap mengangkat peristiwa-peristiwa tahun 1945-50 sebagai sumber legitimasi. Angkatan Bersenjata di mana pun, terutama di Amerika Serikat dan Eropa, masa yang sama menyaksikan kegairahan dengan keberhasilan nyata Vietnam dan Cina dalam memobilisasikan dan memberikan makan kepada penduduknya, sehingga banyak kaum aktivis, dan tidak sedikit jumlah sarjana, cenderung memberikan definisi baru kepada istilah ‘revolusi’ agar lebih cocok dengan mobilisasi kaum tani yang berhasil oleh sebuah partai Leninis. Kedua pihak membangun stereotip politik dari istilah ‘revolusi’, dan bisa sepakat bahwa Indonesia belum mengalaminya.
Konsep ‘revolusi’ adalah yang paling sentral di dalam seluruh analisa sejarah perbandingan. Pengertian apa pun yang diberikan oleh kaum politisi, para sejarawan harus mempertahankannya sebagai suatu alat analisa yang obyektif, yang sangat tidak tergantung pada apa pun yang disetujui atau tidak disetujui tentangnya. Revolusi adalah restrukturasi fundamental dari suatu sistem politik dengan kekerasan dalam jangka waktu yang relatif singkat. Meskipun sangat banyak ragam revolusi yang dikenal dunia, pola tertentu dapat dilihat hampir dalam semuanya, bermula dengan tindakan membangkang, menghancurkan rezim lama, dan berakhir dengan memaksakan suatu jenis rezim baru yang relatif stabil-biasanya sesuatu yang sangat berbeda dari yang dapat dilihat oleh para revolusioner pada tahap pertama”.
Segi kebenaran yang terkandung di dalam keterangan Reid adalah bahwa Indonesia, bertolak dari proklamasi kemerdekaan 1945, memang belum pernah mengalami revolusi. Beda dengan bentuk perjuangan di Vietnam dan di Tiongkok yang saat berlakunya hampir bersamaan dengan Indonesia. Namun di Vietnam sesudah berhasilnya perang kemerdekaan dan di Tiongkok sesudah berhasilnya perang pembebasan, ada revolusi demokratis yang membongkar akar feodalisme. Walaupun karakter burjuis dari dua revolusi itu masih ada, Partai Pekerja Vietnam dan Partai Komunis Tiongkok memegang tampuk pimpinan. Bentuk perjuangan yang demikian tidak dialami di Indonesia.
Kritik Reid bahwa kelompok militer yang berkuasa di Indonesia menyukai penamaan ‘perang kemerdekaan’ untuk memaksakan suatu format non revolusioner, sebagai sikap yang oposan adalah positif. Kendati demikian, dilihat dari kenyataan yang ada, yang berlangsung di Indonesia tidak lain adalah memang suatu Perang Kemerdekaan, bukan suatu Revolusi. Hal ini tidak perlu dilebih-lebihkan.
Sepanjang pandangan Reid, revolusi adalah restrukturisasi fundamental dari suatu sistem politik dengan kekerasan dalam jangka waktu yang relatif singkat. Khususnya jika hanya dibatasi dalam kerangka sistem politik, walaupun dengan kekerasan, dan di dalam keberlangsungan selama waktu yang singkat, pandangan Reid tidak tepat. Pandangan semacam itu bisa diartikan bahwa sebuah revolusi tidak merombak struktur masyarakat secara mendasar, meskipun melalui penggantian dari kolonialisme ke kemerdekaan politik, sedang keberlangsungannya dibatasi pada pergolakan yang berlaku di dalam waktu singkat. Padahal mengenai masalah waktu, sebuah revolusi yang menciptakan perubahan mendasar terhadap struktur masyarakat, seperti yang ditunjukkan oleh dua revolusi besar, yaitu Revolusi Burjuis Prancis dan Revolusi Sosialis Russia, dua-duanya memerlukan waktu persiapan dan penahapan yang berjangka waktu tidak pendek.
Pandangan tentang batas pengertian revolusi yang agak melengkapi pendapat Reid terdapat di antaranya di dalam tulisan Manuel Kaisiepo, salah seorang Anggota Dewan Redaksi Prisma. Di dalam majalah Prisma 9 September 1982 dengan judul Murba di Tengah Persaingan, halaman 74, ia berpendapat bahwa “Bila revolusi bisa dilihat sebagai suatu proses restrukturisasi suatu sistem sosial dan politik dalam suatu masyarakat secara fundamental dan dalam jangka waktu yang relatif singkat, maka perjuangan rakyat Indonesia mewujudkan kemerdekaannya dari penjajah mulai memasuki tahap-tahap yang benar-benar intens sehingga dapat disebut sebagai revolusi adalah pada periode sejak proklamasi kemerdekaan tahun 1945 sampai dengan periode Konperensi Meja Bundar (KMB) tahun 1949″.
Petunjuk
Belajar
1. Baca
secara cermat sebelum anda mengerjakan tugas
2. Baca
literatur lain untuk memperkuat pemahaman anda
3. Kerjakan
setiap langkah sesuai dengan tugas
4. Kumpulkan
kepada guru sesuai dengan jadwal yang telah disepakati antara guru dengan siswa
5. Konsultasikan
dengan guru jika menemui kesulitan dalam mengerjakan tugas.
Penugasan
Kerjakan
soal berikut ini dengan memberikan tanda (X) pada jawaban yang benar:
1. Berikut ini merupakan pertempuran yang dilakukan bangsa
Indonesia
a. Pertempuran 10 november e.
Bandung lautan api
b. Pertempuran ambarawa f.
Perang diponegoro
c. Perang Aceh g.
Pertempuran margarana
d. Pertempuran medan area h.
Perang paregrek
Manakah yang merupakan perang untuk
mempertahankan kemerdekaan Indonesia paska kemerdekaan?
a. a, c, dan h c.
g, a, dan b e. a, f, e
b. b, d, dan f d.
d, h, dan a
2. apa isi perjanjian Linggar jati?
a.
Pemerintah RI dan Belanda bersama-sama
membentuk negara federasi bernama Negara Indonesia Serikat.
b.
Memerintahkan KTN agar memberikan
laporan lengkap mengenai situasi di Indonesia sejak 19 desember 1948.
c. Membebaskan
Presiden dan Wakil Presidan serta pemimpin RI yang ditangkap pada 19 desenber 1948.
d. Angkatan
perang RIS adalah angkatang perang Nasional
e. NIS
disetujui dengan nama RIS
3. Dalam KMB Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia bukan 17
agustus 1945, belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada?
a. 27 desember 1949 c.
27 desember 1955 e. 27 desember 1947
b. 27 desember 1945 d.
27 desember 1963
4. Peristiwa apa yang terjadi pada 27 mei 1949?
a. Konferensi inter-Indonesia c. perjanjian roem royen e. pertempuran ambarawa
b. Konferensi meja bundar d.
agresi militer belanda I
5. Negara yang membantu Indonesia dalam usaha mempertahankan
kemerdekaan adalah
a. Rusia c.
Amerika e. Australia
b. Cina d.
Inggris
Tugas kelompok
Diskusikan
dengan kelompok anda mengenai peristiwa
berikut ini:
1. Jelaskan apa yang dimaksud revolusi sosial dan revolusi
fisik?
2. Jelaskan peran PBB dalam upaya penyelesaian konflik
Indonesia dengan Belanda?
Tidak ada komentar: