WAWASAN PENDIDIKAN

WAWASAN PENDIDIKAN
Bab II
Resume
Wawasan Eksistensial Pendidikan.
Hakikat Manusia Sebagai Dasar Pematangan Diri Pribadi
          Berasal dari bahasa latin “educare”, pendidikan dapat diartikan pembimbingan secara berkelanjutan. Arti tersebut mencerminkan bahwa manusia adalah mahluk yang bersifat labil. Sepanjang hidupnya tidak pernah berada dalam kecukupan baik secara lahir maupun batin, baik secara individual maupun sosial. Sifat labil ini berasal dari anasir kejiwaan yaitu cipta, rasa dan karsa. Cipta mempunyai sifat kodrat mencipta, yaitu cenderung mencipta hal-hal baru yang cenderung bernilai lebih benar. Rasa bersifat kodrat kepekaan, yaitu cenderung memberikan penilaian secara menyeluruh berimbang. Sedangkan karsa mempunyai sifat kodrat nafsu atau keinginan berlebih.
            Kreativitas cipta selalu berhubungan dengan dorongan potensi karsa,sifat kodrat karsa cenderung ingin mendapatkan sesuatu yang lebih baik, bahkan lebih banyak. Karsa adalah potensi dinamika kehidupan manusia. Tanpa karsa kehidupan manusia dipastikan cenderung pasif dan karena itu sulit bisa bertahan lama. Pemberdayaan potensi cipta atas dorongan potensi karsa tanpa melibatkan potensi rasa dapat mengancam kehidupan manusia itu sendiri. Fungsi dan peranan potensi rasa terdapat kinerja potensi cipta dan karsa adalah sebagai penyelaras. Dari fungsi potensi rasa sebagai penyelaras itulah pendidikan muncul dengan orientasi olah cipta dan karsa berdasar pada ketajaman rasa. Dengan potensi pendidikan keberadaan manusia mendukung kewajiban kodrat untuk menjaga kelangsungan hidup dan kehidupan ini. Sifat labil manusia justru merupakan daya dinamika hidup yang bersumber dari daya psikis cipta, rasa, dan karsa. Dengan memajukan penyelenggaraan pendidikan, manusia bisa menumbuh kembangkan potensi cipta, rasa, dan karsa sampai pada titik padu untuk mendirikan sikap dan perilaku arif, agar manusia mampu memimpin kelangsungan hidup dan kehidupan ini.
A. Manusia, Pemimpin Kehidupan
            Fungsi dan peran pendidikan begitu sentral bagi kelangsungan hidup manusia, secara kodrati manusia bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidupnya. Menurut aspek keapaannya manusia tidak lebih sebagai makhluk, seperti makhluk lainnya. Jika dibandingkan dengan mahluk lainnya, manusia justru  adalah makhluk yang paling lemah, fakta membuktikan bahwa keberadaan manusia mutlak bergantung pada makhluk-makhluk lainnya, tanpa udara, air dan mineral lainnya bahkan tanpa tumbuhan dan hewan sulit bagi manusia untuk eksis, apalagi melangsungkan kehidupannya.
            Itulah sebabnya keberadaan manusia menyandan kodrat sebagai pemimpin dengan sifat arif-bijaksana, perilaku kepemimpinan jika tanpa ruh kearifan sering didominasi oleh kehendak dan kepemimpinan individu tertentu, perilaku kepemimpinan bergeser menjadi kekuasaan, yang cenderung menguntungkan pihak tertentu saja dan sebaliknya merugikan banyak pihak lainnya. Kepemimpinan yang berjiwa kearifan, lingkupnya tidak hanya terbatas pada kehendak dan kepentingan manusia saja, melainkan meluas kepada keberadaan seluruh makhluk. Manusia sebagai makhluk berarti bersifat mutlak dan bergantung terhadap makhluk lain, yang pada akhirnya bergantung sepenuhnya kepada Sang Pencipta(prima causa). Penyelenggaraan kegiatan pendidikan selayaknya diarahkan pada upaya pengembangan potensi sumber daya manusia sebagai pemimpin yang bermoral dan ber-etika keadilan. Jika dapat dilaksanakan seperti itu, dinamika eksistensi kehidupan manusia dalam setiap jenis dan taraf dapat dapat bergerak menuju ke tingkat perdamaian dan ketentraman yang lebih batiniah.
            Pemahaman tentang hakikat manusia dimaksudkan agar manusia terlebih dahulu mampu mendidik dirinya sendiri menjadi makhluk yang terdidik. Sasaran utama pendidikan adalah membimbing untuk mengembangkan potensi dirinya sendiri.
B. Manusia Makhluk Otonom
            Kelahiran manusia di dunia ini dalam keadaan serba misterius. Berkat potensi kependidikannya, manusia berpikir secara terus-menerus mempelajari misteri itu. Adanya sebab pertama (prima causa) yang ada atas dirinya sendiri, bersifat mutlak sebagai sumber dari segala yang ada. Keberadaan manusia mutlak bergantung pada prima causa. Keberadaan manusia sebagai pemimpin mendukung suatu kewajiban kodrat untuk bertanggung jawab atas kelangsungan kehidupan.
Berkat potensi kependidikannya, manusia sadar bahwa ketergantungan mutlak manusia kepada Sang Pencipta ternyata mengandung keluasaan. Manusia dengan potensi cipta, karsa dan rasa mampu mengerti dan menerima ketergantungan itu secara otonom dan indipenden.dengan otonomi dan kreatifitas yang bersifat spiritual religius, manusia semakin mengetahuhi mana yang wajib dan mana yang terlarang. Antara ketergantungan dan otonomi adalah dua unsur yang berpotensi kontradiktif tetepi berbeda dalam kesatuan dimanik. Manusia seharusnya mampu dan mau mendidik sirinya dalam rangka pengembangan potensi otonomi, kebebasan dan kekreativitasnya.
C. Manusia yang Berjiwa Raga
            Unsur-unsur jiwadan raga manusia, keduanya berada dalam satu struktur yang menyatu dalam diri pribadi. Sehingga diri pribadi manusia adalah jiwa yang meraga dan raga yang menjiwa. Sasaran kegiatan pendidikan adalah pembimbingan untuk mencapai kematangan diri, dalam bentuk hubungan kesatuan jiwa yang membadan dan badan yang menjiwa. Jiwa yang membadan adalah jiwa yang menjadi satu kesatuan dengan badan. Dalam jiwa ada unsur-unsur potensi kecerdasan yang kita sebut sebagai tri potensi kejiwaan. Kejiwaan manusia dapat menjelma menjadi pluralitas perbuatan badan. Badan yang menyatu dengan jiwa adalah suatu fenomena yang mencerminkan kecenderungan badan menjadi bersifat kejiwaan, badan yang menginti dalam jiwa. Perilaku badan disifati oleh potensi spiritual kejiwaan. Fakta membuktikan bahwa segala kegiatan manusia setiap hari adalah demi kebahagiaan jiwa. Kesadaran jiwa membuat perbedaan badan manusia dengan segala gerak-geriknya, dibandingkan dengan badan hewan. Jiwa bertakhta di dalam badan.
            Fenomena dominasi jiwa terhadap badan dalam kesatuan dialektik, membuktikan keberadaan jiwa sebagai sumber potensi pembelajaran secara kombinatif antara cipta, rasa, dan karsa.
D. Makhluk Monodualis individu dan Sosial
            Keasdaran atas dirinya sebagai makhluk individual selanjutnya menumbuhkan kesadaran atas kedudukannya sebagai makhluk sosial. Manusia mendapat arti dan peran insdividualnya dari masyarakat, manusia adalah makhluk individu yang memasyarakat sekaligus makhluk sosial yang mengindividu. Pendidikan mengarahkan seluruh kegiatannya pada dua titik yaitu, membimbing potensi individual untuk membangun kehidupan masyarakat dan membimbing potensi masyarakat untuk membangun kehidupan individual. Kelahiran manusia adalah satu per satu, berbeda dan terpisah dengan sesama individu lainnya. Manusia lahir dalam keadaan yang serba lemah oleh karena itu keberadaan dan hidupnya mutlak bergantung pada pihak lain. Sebagai individu yang berdiri pribadi manusia mempunyai hak untuk berbuat dan tidak berbuat.
            Dalam diri pribadi setiap orang terkandung potensi pembelajaran, untuk selanjutnya secara sistematik bisa menumbuhkan kesadaran. Pertama sadar terdapat dirinya sebagai pribadi atau individu ciptaan Sang Maha Pencipta. Setiap individu cenderung saling mengaitkan dan menghubungkan diri mereka masing-masing. Masyarakat berfungsi sebagai sarana atau jalan, bukan tujuan, bagi penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan individual orang per orang. Bagi individu, masyarakat adalah sistem pagelaran.
            Fungsi masyarakat sebagai jalan justru mendorong kehidupan masyarakat bergerak secara dinamis. Berubah dan berkembang menurut jenis, bentuk dan sifat kebutuhan dan kepentingan individual. Maksud individu yang memasyarakat adalah individu dengan otonomi dan kemampuan kreatif menciptakan suatu model kehidupan masyarakatnya dan di dalam masyarakat, individu-individu saling mengembangkan dirinya pada taraf kehidupan bersama.
            Masyarakat yang mengindividu, kehidupan masyarakat menentukan individu-individunya. Hal-hal yang bersumber dari individu bersifat bebas dan kebebasan individu di pandang sebagai merusak kemapanan sosial. Penekanan terhadap kreativitas individual sesungguhnya berbahaya bagi eksistensi kehidupan masyarakat itu sendiri.
            Masyarakat adalah taraf perkembangan potensi individual dalam menyelenggarakan dan mengembangkan kehidupan individualnya. Masyarakat adalah suatu perwujudan taraf kesadaran sosial dari individu tertentu. Maka jenis, bentuk dan sifat perilaku seseorang mencerminkan jenis, bentuk dan sifat sosialitasnya.
E. Makhluk Berpikir dan Makhluk Pembelajar.
            Kegiatan berpikir dapat disebut sebagai kegiatan belajar untuk mendapat pengetahuan baru. Dengan potensi berpikir manusia dapat disebut makhluk pembelajar, potensi berpikir adalah bagian dari komponen kejiwaan, berada dalam satu kesatuan dengan komponen kejiwaan yang lainnya, yaitu perasaan dan kehendak. Aristoteles mengidentifikasikan bahwa manusia sebagai “animal Rationale”. Objek pemikiran manusia berpusat pada diri sendiri, dalam hal asal mulanya, keberadaannya dan tujuan akhir kehidupannya. Dengan pemikiran yang kritis dan kreatif manusia memikirkan dirinya sendiri yaitu, hakikatnya sebagai manusia.pada hakikatnya manusia adalah makhluk tuhan, yang eksis di dalam pribadinya yang otonom, berjiwa raga, dan berada di dalam sifat hakikatnya sebagai makhluk individu yang memasyarakat. Manusia selalu berusaha meningkatkan pembelajaran tentang kualitas pemikirannya, dari yang mistis religius menjadi yang kefilsafatan, sampai pada taraf yang paling konkret fungsional.
            Tujuan langsung duniawi adalah awal dari tujuan tak langsung yang bersifat transendental. Tujuan hidup langsung adalah sarana menuju tujuan hidup tak langsung. Agar tujuan langsung berkesinambungan dengan tujuan tak langsung, maka nilai-nilai yang terkandung di dalam  pemikiran ontologis kefisafatan dan mitologis keagamaan perlu ditegakkan kembali. Tujuan tak langsung ini sulit untuk ditentukan materi dan bentuknya. Tetapi sifat yang keilahian itu membuat tingkah laku manusia menjadi etis dan terkendali.
Wawasan Substansial Pendidikan: Arti Pendidikan
            Mahluk manusia saja yang didalam hidupnya dan kehidupannya mempunyai masalah pendidikan, pada makhluk manusia perubahan dan perkembangan mutlak diperlukan. Pendidikan berproses secara berkesinambungan, dari generasi ke generasi, di dalam kehidupannya manusia harus dididik dan mendidik dirinya . Menurut sudut pandang luas, pendidikan adalah segala jenis pengalaman kehidupan yang mendorong timbulnya minat belajar untuk mengetahui dan kemudian bisa mengerjakan suatu hal yang telah diketahui itu. Mulanya, manusia menjalankan kegiatan pendidikan secara instingtif atau naluriah. Selanjutnya dengan daya cipta manusia mulai mengubah dan mengembangkan pendidikan dengan beraneka ragam konsep, teori, metode, dan sistem. Manusia mulai menentukan konsep rendidikan dengan menentukan tujuan dan sasaran, selanjutnya mengatur dan menyusun perencanaan, langkah-langkah kebijakan dan sebagainya. Jadi pendidikan adalah upaya sadar manusia untuk membuat perubahan dan perkembangan agar kehidupannya menjadi lebih baik dalam artian lebih maju. Sasaran kegiatan pendidikan juga diarahkan pada kebudayaan spiritual. Menurut sudut pandang yang luas pendididkan dapat dipahami sebagai pembudayaan kehidupan manusia.
            Karena di semua kegiatan hidup manusia ada pendidikan, maka hakikat tujuan hidup merupakan hakikat tujuan pendidikan itu sendiri. Eksistensi kehidupan manusia adalah eksistensi pendidikan. Antara kehidupan dan pendidikan bereksistensi seperti hubungan ko-eksistensial antara jiwa dan raga manusia.
            Menurut pendekatan dari sudut sempit, pendidikan merupakan seluruh kegiatan yang direncanakan serta dilaksanakan secara teratur dan terarah di lembaga pendidikan sekolah. Pendidikan diartikan sebagai sistem persekolahan. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana yang dilaksanakan oleh institusi persekolahan, untuk membimbing dan melatih peserta didik agar tumbuh kesadaran tentang ekitensi kehidupan dan kemampuan menyelesaikan setiap permasalahan kehidupan yang selalu muncul. Lembaga pendidikan persekolahan adalah lanjutan dari pendidikan keluarga dan kehidupan masyarakat mendatang bagi generasi muda. Lembaga pendididkan persekolahan bertanggung jawab atas kecakapan dan keterampilan hidup. Lembaga persekolahan berfungsi sebagai suatu sistem pembimbingan kecerdasan bermasyarakat. Peserta didik ketika kelak terjun ke masyarakat sudah mendapat bekal antara lain, kepribadian dengan potensi intelektual yang matang, kepribadian yang matang potensi sosialnya.
            Arti pendidikan menurut sudut sempit, karakteristiknya dapat diidentifikasi sebagai berikut: pendidikan berlangsung pada masa terbatas, yaitu masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa. Pendidikan berlangsung dalam ruang terbatas, pendidikan berlangsung pada suatu lingkungan khusus, isi pendidikan disusun secara sistematik dan terprogram dalam bentuk kurikulum, tujuan pendidikan ditentukan oleh pihak luar
            Manusia sering kali menemui benturan-benturan spiritual, intelektual dan moral atau emosional, lingkungan keluarga melakukan pembimbingan dengan sasaran menumbuhkan potensi spiritual, lingkungan pendidikan sekolah melakukan pembimbingan dengan sasaran menumbuhkan potensi intelektual, lingkungan masyarakat melakukan pembimbingan dengan sasaran menumbuhkan potensi moral. Secara konkret, menurut jenis kegiatannya masyarakat dapat diklasifikasikan menjadi masyarakat spiritual, masyarakat pendidikan dan kebudayaan, masyarakat hukum, masyarakat ekonomi dan masyarakat politik.
Wawasan Fungsional Pendidikan: Pendidikan Dalam Kehidupan
            Realitas kehidupan berisi persoalan multi-kompleks,yang  pertama asal mula kehidupan, yang kedua adalah tujuan kehidupan, sedang garis lurus yang menghubungkan keduanya adalah eksistensi kehidupan. Garis eksistensi kehidupan dipenuhi dengan kegiatan pendidikan, upaya mencerdaskan diri melalui kegiatan terencana pendidikan dilakukan karena manusia sepenuhnya sadar jika tidak diupayakan perubahan akan mengancam eksistensinya. Sistematika pencerdasan diri adalah, yang pertama, manusia mencoba mengubah posisi dan peran dari konsumen menjadi produsen, kedua, peran kreatif dan produktif mendorong prilaku bertanggung jawab atas perkembangan dan kelangsungan eksistensi kehidupan. Jadi antara kehidupan dan pendidikan berhubungan secara dialektif-fungsional.
            Gambaran yang terlihat pada umumnya pendidikan sedang mengalami krisis, ketika dalam bidang pendidikan teknologi dan perindustriannya mengalami kemajuaan justru moralitas kehidupan manusia mengalami kebangkrutan. Dibalik sistem kerjasama sebagai nilai substansial ekonomi terkandung nilai kependidikan, khususnya kecerdasan spiritual dan moral. Antara penyelenggaraan pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah seharusnya dikelola secara simultan dan berimbang. Ekstensi kehidupan bagi manusia berlangsung seumur hidup, dalam dunia pendidikan disebut Pendidikan Seumur Hidup (PSH). Pendidikan seumur hidup mempunyai ruang lingkup sepanjang kehidupan manusia. Keluarga menjadi lembaga yang memainkan peran penting dan utama, karena setiap individu sepanjang hidupnya berada dalam keluarga. PSH ini cenderung memadukan antara dimensi pendidikan yang horisontal dengan horisontal pada setiap aspek dan tahapan kehidupan, karena itu PSH bersifat universal. Karena universal PSH bersifat lentur dan beragam dalam hal isi pelajaran, peralatan, teknik pembelajaran, serta waktu dan tempat pembelajaran. Dengan demikian, PSH lebih bersifat dinamis dan terbuka terhadap segala macam jenis dan bentuk perkembangan baru, sehingga terbuka bagi pola, bentuk, dan metode pembelajaran yang alternatif. PSH berfungsi adaptif dan inovatif terhadap individu dan masyarakat, sekaligus tehadap lembaga pendidikan yang ada.
Landasan Filosofis dan Keilmuan
            Ditinjau dari sudut pandang filsafat, kualitas ilmu pengetahuan pada umumnya tersusun tiga lapis, yaitu lapisan abstrak, potensial-teoritis, dan lapisan konkret-praktis, pada lapisan abstrak mencakup semua jenis, sifat, bentuk, dan wujud manusia, lapisan potensial-teoritis berupa jenis, bentuk, dan wujud yang berbeda tetapi satu dalam karakter, lapisan konkret lebih menunjuk pada perwujudan sebagai manusia individual. Lapisan abstrak  ilmu pengetahuan bersifat universal dan jumlahnya hanya satu. Pada lapisan potensial-teoritis ilmu pengetahuan bersifat khusus menurut jenis, bentuk, dan sifat objeknya. Sedang pada lapisan konkret-praktis ilmu pengetahuan menjadi konkret dan plural menurut jenis, bentuk dan sifat tertentu. Struktur ketiga lapisan ini saling dipopulerkan dengan aspek-aspek ontologis, epistemologis, dan etika.
            Seluruh tahapan langkah langkah kegiatan pendidikan haruslah berdasar pada isi pendidikan berupa nilai spiritual keahlian, dan diarahkan pada kedewasaan dan kematangan intelektual, untuk mencapai kematangan berperilaku.
            Dari sudut pandang keilmuan, pendidikan termasuk salah satu bidang studi, disiplin ilmu. Dalam sistematika seluruh rangkaian kegiatan pendidikan meliputi, objek atau sasaran, metode, dan sistem untuk mengatur langkah-langkah perjalanan mencapai sasaran. Objek pendidikan ada dua macam yaitu materi dan forma, objek materi pendidikan adalah materi atau hal yang menjadi sasaran pendidikan, sedang objek forma pendidikan adalah dari sudut pandang mana peserta didik itu ditinjau atau disikapi.
            Metode pendidikan adalah persoalan tentang cara pembinaan dan pengembangan potensi kejiwaan dan potensi keragaannya, pembinaan potensi kejiwaan mengarah pada pencerdasan, pematangan potensi spiritual, intelektual, emosional secara simultan. Sedangkan pembinaan potensi keragaan mengarah kepada pendewasaan badan, berupa kesehatan, kebugaran dan keterampilan badan. Dengan jiwa yang cerdas seharusnya dapat mendorong pertumbuhan kedewasaan badan, sebaliknya dengan kedewasaan badan seharusnya bisa mendorong pertumbuhan kecerdasan jiwa.
            Pendidikan sebagai ilmu, di dalam dirinya sendiri mengandung suatu sistematika, sistematika dapat memperkuat dan membantu kelancaran metode dalam rangka mencapai tujuan. Pendidikan adalah suatu ilmu pengetahuan yang berada dalam hubungan interdisipliner. Hubungan interdisipliner menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan pendidikan berada dalam suatu kesatuan sistem, bukan ilmu yang berdiri sendiri.
Landasan Sosial Kebudayaan
A. Landasan Hukum
            Khusus dalam hidup dan kehidupan bermasyarakat diperlukan hukum. Fungsi hukum dalam kehidupan bermasyarakat adalah untuk mengawal tahapan jalan pencapaian tujuan agar bisa berlangsung secara metodis dan sistematis, sehingga tidak terjadi penyimpangan. Dalam pendidikan hukum diperlukan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Hukum dasar pendidikan diperinci dalam UU kependidikan nasional dan peraturan-peraturan pemerintah serta GBHN.
B. Landasan Sejarah
            Hakikat keberadaan pendidikan adalah berlangsung sepanjang zaman. Dari hakikat itu dapat dipahami bahwa pendidikan dan sejarah mempunyai hubungan erat dan tak terpisahkan. Dari sejarah perkembangan akal pikiran dan perilaku manusia, secara langsung tercermin bagaimana sejarah perkembangan pendidikan manusia tersebut. Sejarah perkembangan akal pikiran dan sejarah perkembangan pendidikan berhubungan secara ko-eksistensial dengan saling memberi arti dan nilai.
C. Landasan Sosial dan Kebudayaan
            Seluruh kegiatan manusia tidak lepas dari aspek sosial budaya. Landasan sosial pendidikan mempunyai sasaran utama, yaitu penanaman dan pengembangan moral kerja sama, agar dapat mencegah timbulnya moral liberalisme individual. Hukum rimba diubah dan dibudayakan menjadi hukum kemanusiaan. Aspek budaya juga merupakan hakikat kodrat manusia. Seluruh kegiatan pendidikan perlu diakarkan pada masalah pembudayaan.mendidik mempunyai arti membudayakan kehidupan manusia dalam artian mampu mencapai perkembangan. Sedang membudayakan berarti mendidik secara berkesinambungan untuk bisa mendapatkan kemampuan  melakukan perkembangan dan perubahan demi mencapai tujuan kehidupan.
D. Landasan Psikologi
            Psikologi adalah ilmu yang mempelajari realitas kejiwaan manusia. Psikologi adalah bidang ilmu pengetahuan sosial-budaya, psikologi digolongkan pada ilmu perilaku, dengan sudut pandang dorongan kejiwaan. Psikologi berhubungan interdisipliner dengan ilmu-ilmu sosial lainnya. Terhadap pendidikan, psikologi memberi landasan, dalam hal pembinaan perilaku. Pada psikologi perkembangan peserta didik, penyelenggaraan pendidikan dipandang perlu dikembangkan. Pendidik perlu berusaha secara optimal mengembangkan perilaku yang tegas, mengembangkan persepsi, terhadap lingkungan secara wajar, mengembangkan sikap dan perasaan secara positif .
Landasan Teoritis Kependidikan
A. Teori Pada Umumnya
            Dalam ilmu pengetahuan, suatu teori tentang suatu objek belum merupakan kebenaran, apalagi kepastian. Subjek belum mampu menangkap pengetahuan yang benar dan pasti tentang objek, terlebih jika objek itu hidup dalam potensi kesadaran jiwa. Suatu teori tidak lebih dari sebuah asumsi yang diangkat dari kebiasaan-kebiasaan.
B. Figura Teori Pendidikan
            Landasan bangunan sebuah teori pendidikan pada hakikatnya adalah tujuan pendidikan itu sendiri dan harus tersedia kondisi-kondisi yang diperulukan. Tujuan pendidikan ,menurut tingkatannya disederhanakan menjadi dua yaitu tujuan umum, seluruh kegiatan pendidikan adalah pembinaan untuk menjadi manusia yang ideal sesuai dengan yang dicita-citakan. Tujuan Khusus, setiap kegiatan pendidikan ada tujuannya berupa sasaran.
C.Pemilihan Teori Pendidikan
            Berdasarkan pada tujuan pendidikan, teori pendidikan dapat dipilah menjadi dua yaitu umum dan khusus. Secara umum teori pendidikan menekankan pada sistem dalam pencapaian tujuan berupa serangkaian kegiatan terpadu dan terencana, serangkaian kegiatan itu berasal dari kondisi aktual setiap individu peserta didik, yang tertuju pada suatu pencapaian yang menjadi tujuan pendidikan.
            Teori khusus pendidikan, yang dimaksud adalah mengenai studi pendidikan secara keilmuan,. Studi keilmuan pendidikan meliputi studi kependidikan, antara lain, pedagogik, ortopedagogik, psikologi pendidikan, sosiologi pendidikan, ilmu pendidikan kependudukan, andragogik, antropologi pendidikan, ekonomi pendidikan, politik pendidikan dan ilmu administrasi pendidikan.
Landasan Sistem Pendidikan
A. Teori Sistem Pada Umumnya
            Landasan teori sistem pendidikan adalah cara-cara berpikir dan bekerja dengan menggunakan konsep dan teori sistem yang relevandalam memecahkan masalah. Adapun teori sistem pada umumnya mempunyai beberapa tipe, antara lain filsafat sistem, menejemen sistem, dan analisis sistem.
B. Sistem Pendidikan Nasional
            Sesuai dengan fungsinya sistem pendidikan nasional merupakan sistem penyelenggaraan kependidikan oleh negara, dalam rangka mewujudkan hak menentukan eksistensi nasional banganya dalam bidang pendidikan. Sedangkan menurut strukturnya, Pendidikan Nasional sebagai sistem adalah keseluruan satuan kegiatan pendidikan yang direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam rangka menunjang tercapainya tujuan nasional suatu negara.
C. Sistem Pendidikan Sekolah
            Sekolah sebagai sistem organisasi perndidikan formal dipengaruhi oleh beberapa lingkungan sosial. Lingkungan ini dibedakan menjadi dua yaitu, lingkungan distal tidak berpengaruh langsung terhadap kegiatan sekolah sehari-hari seperti masyarakat internasional dan nasional. Sebaliknya , lingkungan proksimal adalah lingkungan yang sangat berpengaruh pada kegiatan pendidikan sekolah sehari-hari contoh masyarakat desa, kecamatan, dan lain-lain.
A. Progresifisme
Berakar dari pragmatisme W.James, dan John Dewey pada abad ke 20-an. Asas utamanya adalah wajib bagi manusia untuk tetap bertahan hidup dalam menghadapi segala tantangan.
B. Rekonstruksionalisme(Sosial)
            Aliran ini mencoba untuk menata kembali struktur pendidikan sesuai dengan dinamika kehidupan budaya, karena dipandang bahwa perkembangan kebudayaanmodern sedang mengalami krisis. Sasaran rekonstruksi pendidikan adalah agar tata kehidupan manusia berada di dalam sesuatu keteraturan sosial, di dalam suatu keteraturan sosial.
C. Esensialisme mendasarkan pandangan pendidikan pada nilai-nilai adat kebudayaan yang telah ada sejak permulaan peradaban manusia.
D. Perenialisme
Hampir sama dengan Esensialisme , mengajak kembali kepada nilai-nilai kebudayaan masa lampau.
Bab III
Pembahasan
            Mengerti  wawasan pendidikan menjadi sangat penting artinya bagi tenaga kependidikan, terutama guru. Pendidikan adalah sesuatu yang luhur, dan mengandung misi kebajikan. Pendidikan tidak sekedar proses kegiatan belajar mengajar. Pengetahuan sosial akan memberikan pemahaman bahwa eksistensi hudup manusia akan senantiasa ada dengan lingkungannya ( baik lingkungan manusia maupun lingkungan fisik lainnya ). Kalau itu bisa terjadi maka proses pembentukan warga negara yang baik dan efektif, secara bertahap akan terealisasi.
HAKEKAT PENDIDIKAN
Banyak konsep yang menggunakan kata pendidikan. Misalnya ada : pendidikan formal – pendidikan non formal, pendidikan sekolah – pendidikan luar sekolah, pendidikan anak – pendidikan orang dewasa, pendidikan jasmani – pendidikan rohani, pendidikan ekonomi, pendidikan nasional, filsafat pendidikan, ilmu pendidikan, dan masih banyak lagi.
Kalau begitu apa sebenarnya yang dimaksud dengan pendidikan, apa fungsi dan tujuannya ?
1.      Pengertian Pendidikan
            Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan diri anak didik dapat menemukan kediriannya. Ini artinya pendidikan adalah suatu proses untuk membentuk diri seseorang agar menjadi manusia yang manusia. Dalam hal ini perlu ada kematangan, sehingga pendidikan menjadi salah satu proses pendewasaan diri seseorang dan masyarakat.
            Secara lebih khusus, dijelaskan dalam Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, bahwa pendidikan adalah usaha sadar  dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara ( UU No.20 Tahun 2003 ). Rumusan tentang pendidikan yang termuat dalam UU.No.20 Tahun2003 ini sangat komprehensif. Artinya arah dari proses pendidikan nasional mencakup berbagai aspek kehidupan diri manusia dan masyarakat untuk survive dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
                        Dari dua definisi tersebut menunjukkan melihat pendidikan dari sudut padang yang berbeda. Yang pertama dari sudut pandang psikologis, dan yang kedua dari sudut padang sosiologis. Banyak sudut pandang untuk dapat merumuskan pengertian pendidikan sehingga banyak juga definisi tentang pendidikan. Tetapi yang jelas pendidikan adalah proses untuk membina diri seseorang dan masyarakat agar dapat survive dalam hidupnya.
   Dasar Fungsi dan Tujuan Pendidikan
            Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang – undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannyayang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orangtuanya. Diantara aliran-aliran pendidikan yang ada yaitu:
Aliran Nativisme
            Nativisme adalah sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap aliran pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran ini bernama Arthur Schopenhauer (1788-1860) seorang filosof Jerman. Aliran filosof natifisme konon dijuluki sebagai aliran psimistis yang memandang segala sesuatu dengan kaca mata hitam.
Aliran Empirisme
            Aliran Empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. . Tokoh perintis pandangan ini adalah seorang filsuf Inggris bernama John Locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “Tabula Rasa”, yakni anak lahir di dunia bagaikan kertas putih yang bersih.
Aliran Konvergensi
            Aliran konvergensi (convergence) merupakan gabungan antara aliran empirisisme dengan aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai factor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Tokoh utama konvergensi bernama Louis William Stren (1871-1938), seorang filosof dan psikolog Jerman.















Bab I
Identitas Buku
Judul               : Wawasan Pendidikan (Sebuah Pengantar Pendidikan)
Penulis             : Suparlan Suhartono, Ph.D.
Penerbit           : Ar-Ruzz Media – Yogyakarta
Cetakan I        : Maret – 2008
Tebal               : 158 halaman
Warna sampul : Putih














Bab IV
Penutup
            Selama manusia masih ada, perdebatan tentang pendidikan akan tetap eksis yang selalu berkembang. Permasalahan-permasahan kependidikan mulai dari tingkat filosofis hingga keilmuan akan menjadi nafas manusia. Karena itu, tanpa disadari ada sebuah tanggung jawab untuk mengetengahkan apa dan bagaimana pendidikan sejati itu seharusnya di konstruksi.

            Namun selama ini, ada indikasi masyarakat Indonesia sudah melupakan akan hakikat pendidikan yang sejati itu. Digantikannya dengan produk-produk egoisme diri dan kebinatangan yang semakin serakah, tidak adil da mengutamakan hal-hal yang sangat rendah dan hampa nilai-nilai filosofis akan hakikat sebuah pendidikan itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.